Bandung – Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) ITB yang
didukung oleh SKF (Svenska Kullagerfabriken) Indonesia, menyumbangkan
Mesin Pencacah Sampah kepada PD Kebersihan Kota Bandung, Minggu
(29/1/2012). Mesin tersebut sebelumnya dibuat oleh 15 mahasiswa ITB
selama 4 bulan dengan menghabiskan biaya sekitar Rp 15 juta.
Penyerahan mesin pencacah tersebut diberikan langsung pada Kepala PD
Kebersihan Kota Bandung Cece Iskandar dengan disaksikan oleh Dekan
Fakultas Teknik Mesin Dirgantara (FTMD) ITB Sandro Mihardi.
Rencananya mesin pencacah tersebut akan ditempatkan di salah satu TPS
untuk mencacah sampah organik. Dua alternatif pilihan yaitu di Pasar
Ciwastra atau Pasar Sederhana.
“Kita akan menempatkannya di pasar, karena umumnya di pasar kan
banyak sampah organik. Sehingga, hal itu akan lebih baik kalau ini
disimpan di TPS yang dekat pasar. Memang harapan kita kan untuk
mengurangi sampah yang di buang ke TPA dan juga memanfaatkan sampah
semaksimal mungkin. Karena sampah organik, sehingga nantinya bisa
dijadikan sebagai pupuk kompos,” tutur Cece kepada detikbandung, Minggu
(29/1/2012).
Cece menuturkan, sebelum mesin tersebut benar-benar akan digunakan,
pihaknya akan melakukan uji coba terlebih dahulu. Rencananya, uji
cobanya akan dilakukan di salah satu TPS selama satu atau dua minggu.
“Mungkin setelah mesin ini kita coba, kalau ada
kekurangan-kekurangan, barangkali nanti bisa kita bicarakan lagi dan
selesaikan bersama-sama. Mudah-mudahan uji coba ini bisa berlangsung
dalam waktu seminggu atau dua minggu,” katanya.
Mesin pencacah sampah tersebut mmiliki tinggi 1,5 meter dengan lebar
1,5×1 meter. Motor penggeraknya menggunakan tenaga diesel. Kapasitasnya
bisa mencacah sampah hingga satu ton selama 24 jam.
Mesin pencacah sampah yang disumbangkan tersebut baru berupa
prototipe. Rencananya, mesin tersebut akan diperbanyak untuk mengatasi
sampah organik di Kota Bandung. Bahkan, pihak Dinas Kebersihan Kota
Bandung sendiri menuturkan, nantinya pihaknya akan turut mendanai
produksi mesin pencacah sampah tersebut.
“Mesin yang diserahkan ke kita hanya satu. Namun kita berencana untuk
mengadakan pembuatan yang lainnya. Jadi kita bekerjasama dengan
mahasiswa, dan kami akan berusaha untuk mendanai. Jadi nanti akan ada 2
hal positif, mahasiswa bisa belajar praktik langsung, kemudian kami juga
mendapatkan hasil dari produk yang dibuat oleh mahasiswa untuk kegiatan
penyelesaian masalah sampah,” tutur Cece.