Latest Movie :

Teknologi Pengelolaan Limbah Pertanian Menjadi Kompos

komposLimbah pertanian berupa serasah tanaman merupakan hasil sampingan dari tanaman yang dibudidayakan dan kaya bahan organik yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai  pupuk

tanaman. Hasil sampingan tersebut antara lain daun, ranting dan batang yang telah mengering. Untuk mengelola limbah tersebut menjadi kompos diperlukan beberapa tahap kegiatan dan peralatan mekanis yang dapat memudahkan proses tersebut. Tahapan kegitan tersebut meliputi pengumpulan serasah dengan menggunakan peralatan trash rake, pengangkutan serasah dari kebun ke rumah kompos menggunakan trailer yang digandengkan pada traktor sebagai tenaga penarik atau menggunakan mobil bak (pick up), pencacahan serasah menggunakan chopper, proses fermentasi atau pengomposan, penggilingan kompos dengan alat penggiling, dan penyeragaman ukuran kompos menggunakan pengayak  kompos. Selanjutnya utuk aplikasi di lahan digunakan aplikator kompos.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang dilakukan diperoleh rata-rata kapasitas kerja untuk alat pencacah serasah tebu adalah 125.9 kg/jam,  kapasitas kerja untuk alat penggiling kompos adalah 429.4 kg/jam dan kapasitas kerja untuk alat pengayak kompos adalah 138.5 kg/jam.
1.    Pendahuluan
Limbah pertanian berupa serasah tanaman merupakan hasil sampingan dari tanaman yang dibudidayakan dan kaya bahan organik yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai  pupuk tanaman. Serasah tanaman merupakan limbah yang kaya bahan organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik berupa kompos yang akan sangat berperan dalam siklus produksi tanaman karena bermanfaat bagi tanah dan tanaman dalam hal  memperbaiki struktur dan pH tanah, serta meningkatkan kehidupan mikroba dan unsur mikro tanah.
Untuk mengelola serasah tanaman menjadi kompos diperlukan beberapa tahap kegiatan dan peralatan mekanis yang dapat memudahkan proses tersebut. Tahapan kegitan tersebut meliputi pengumpulan serasah dengan menggunakan peralatan trash rake, pengangkutan serasah tanaman dari lahan ke rumah kompos menggunakan trailer yang digandengkan pada traktor sebagai tenaga penarik atau menggunakan truk, pencacahan serasah menggunakan chopper, proses fermentasi atau pengomposan, penggilingan kompos dengan alat penggiling, dan penyeragaman ukuran kompos menggunakan pengayak  kompos. Selanjutnya utuk aplikasi di lahan digunakan aplikator kompos
Kompos adalah jenis pupuk yang terjadi karena proses penghancuran oleh alam atas bahan-bahan organis, terutama daun tumbuh-tumbuhan seperti jerami, kacang-¬kacangan, sampah dan lain-lain. Cara memperoleh kompos yang baik adalah dengan mengaktifkan perkembangan bakteri yang melakukan penghancuran terhadap bahan-bahan organik dalam waktu yang singkat, dan menghindarkan faktor-faktor yang dapat mengurangi kualitas kompos (Sarief 1986).
Satu faktor yang harus diketahui di dalam proses pengomposan menurut Suriawiria (2002) adalah bentuk bahan; semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan baik pula proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil dan homogen, lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi aktivitas mikroba. Selain itu, bentuk bahan berpengaruh pula terhadap kelancaran difusi oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2 yang dihasilkan. Cara pembuatan kompos bermacam-macam, tergantung pada keadaan tempat pembuatan, budaya orang, mutu yang diinginkan, jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia, dan selera si pembuat.
Dibandingkan dengan pupuk anorganik, pemberian kompos (juga pupuk kandang) jauh lebih boros. Walaupun harganya lebih murah dari pupuk anorganik, namun karena pemakaiannya banyak, total biaya pupuknya tetap jauh lebih mahal. Apalagi, pengadaanya masih dibebani lagi dengan biaya angkut (Lingga, 2000).
Kompos sebagai salah satu pupuk organik, sangat baik dan bermanfaat untuk segala jenis tanaman, mulai dari tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-¬buahan sampai pada tanaman pangan dan perkebunan (Suriawiria 2002). Akan tetapi, menurut Syekhfani (2002) kompos mengandung lebih banyak humus dibandingkan kotoran hewan. Jadi, penggunaan kompos lebih ditujukan pada perbaikan sifat fisik tanah, sedang pupuk kandang (terutama ternak unggas) pada sifat kimia tanah. Pengomposan mengurangi volume materi bahan organik mentah, khususnya kotoran ternak yang kandungan airnya cukup tinggi. Pengomposan di lahan jauh lebih murah dari pada membeli kompos jadi.
2.    Metode Penelitian
Waktu dan Tempat
    Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-September 2011 yang berlangsung di rumah kompos Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan pada proses pembuatan kompos antara lain : serasah tanaman jagung, kotoran sapi, serbuk gergaji, arang sekam, molases dan EM-4. Adapun alat dan mesin yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : pencacah serasah, penggiling kompos, pengayak kompos, sekop, bak pengomposan dan terpal penutup.
Prosedur Penelitian
     Berikut adalah prosedur penelitian yang dilakukan :
1.    Mencacah serasah tanaman jagung menggunakan chopper, sehingga serasah menjadi potongan-potongan kecil dengan ukuran 3-10 cm.
2.    Mencampur bahan baku serasah tanaman jagung dengan bahan lain seperti kotoran sapi, serbuk gergaji, arang sekam dan bioaktivator. Komposisi bahan serasah tanaman jagung    1 ton, 500 kg kotoran sapi, 200 kg serbuk gergaji, 300 kg arang sekam dan 2000 ml bioaktivator.
3.    Selanjutnya melakukan fermentasi selama 1-2 bulan dan melakukan pembalikan 1-2 kali/minggu.
4.    Kompos matang digiling untuk memperkecil ukuran partikelnya.
5.    Melakukan pengayakan untuk menyeragamkan ukuran partikel.
6.    Kompos siap untuk digunakan atau dikepak untuk disimpan.

Sumber : http://bbpp-batangkaluku.com/
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. baru - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger